Selasa, 20 Februari 2024

Kurikulum Sesuai Kebutuhan

Mengapa Kurikulum Perlu Berubah ?

Oleh: Eva Rosanti


Dalam dunia pendidikan adanya kurikulum sangatlah penting, mengingat kurikulum merupakan pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum digunakan sebagai panduan pembelajaran pada satuan pendidikan di mana dapat dimaknai sebagai titik awal sampai titik akhir dari pengalaman belajar peserta didik. Ralph Tyler mengungkapkan setidaknya terdapat 4 komponen kurikulum, yakni tujuan, konten, metode atau cara, dan evaluasi. Pendidik dapat berpatokan pada kurikulum yang dipakai disatuan pendidikan untuk merancang, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran sehingga pembelajaran lebih bermakna dan sesuai kebutuhan peserta didik.

 Untuk menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, kurikulum perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman dan dikembangkan sesuai konteks dan karakteristik peserta didik demi membangun kompetensi sesuai dengan kebutuhan mereka. Perubahan kurikulum akan relevan jika mampu mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi dunia yang selalu berubah.

 Di Indonesia sendiri perubahan kurikulum sudah melalui perjalanan panjang. Dalam perjalanan sejarah mulai dari sejak kemerdekaan bangsa kita hingga saat ini, sekitar sebelas kurikulum pendidikan nasional yang mengalami perubahan,  yaitu: (1) Kurikulum 1947; (2) Kurikulum 1952; (3) Kurikulum 1964; (4) Kurikulum 1968; (5) Kurikulum 1975; (6) Kurikulum 1984, (7) Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999; (8) Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004, (9) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (10) Kurikulum 2013, dan (11) Kurikulum Merdeka. Perubahan kurikulum tersebut bukanlah tanpa alasan, tetapi dipengaruhi oleh situasi politik, sosial budaya, ekonomi, dan teknologi. Namun semua perubahan kurikulum tersebut tetap dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


Kurikulum perlu berubah karena kurikulum perlu beradaptasi dengan perkembangan zaman yang mengalami berbagai perubahan baik dari segi sosial, budaya,  kemajuan teknologi, dan kebutuhan dunia kerja. Sebagai contoh zaman sekolah dulu pembelajaran selalu berpusat pada pendidik, karena peserta tidak memiliki banyak akses untuk memperoleh informasi, bahkan dulu sangat jarang peserta didik memiliki gawai saat duduk di bangku sekolah kalau pun ada layanan internet masih jarang dan masih mahal, gawai yang dimiliki peserta didik hanya berfungsi sebagai sarana alat komunikasi. Berbeda dengan sekarang, kebanyakan peserta didik memiliki gawai android, peserta didik bebas mengakses informasi di internet karena saat ini paket internet lebih terjangkau harganya. Bahkan, jika dulu siswa hanya bercita-cita menjadi guru, dokter, pilot, polisi dan lain sebagainya. Sekarang cita-cita siswa lebih beragam, bahkan pekerjaan baru bermunculan seperti youtuber, content creator, desainer grafis, programmer, dan lain sebagainya. Peserta didik pada zaman ini juga sudah mulai terbiasa menggunakan teknologi baik dalam mengedit video, membuat infografik, penggunakan canva, dan penggunaan berbagai aplikasi lainnya, berbeda dengan peserta didik zaman dulu yang masih terbatas dalam pemanfaatan teknologi. Hal tersebutlah yang menjadi beberapa alasan kenapa kurikulum perlu diperbaharui karena kurikulum yang baik adalah kurikulum yang sesuai zamannya dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik kini dan nanti.

Perubahan Kurikulum 2013 ke Kurikulum Merdeka yang digunakan saat ini juga adalah bentuk penyesuaian dengan perkembangan zaman saat ini. Perubahan kurikulum tersebut juga dilakukan sebagai upaya penyempurnaan dari kurikulum terdahulu untuk mengejar ketertinggalan pembelajaran yang disebabkan oleh pandemi covid-19. Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang dilakukan secara terdiferensiasi dan pencapaian yang lebih sederhana. Peserta didik juga diberi kebebasan untuk memilih mata pelajaran pilihan sesuai dengan minat mereka sama seperti di negara maju. Kurikulum Merdeka juga menekankan pada pengembangan profil pancasila pada peserta didik (P5) yang disebut sebagai pembelajaran kokurikuler. Selain itu, juga adanya pembelajaran ekstrakurikuler yang dilaksanakan sesuai dengan minat peserta didik dan sumber daya satuan pendidik.

Selanjutnya, Kurikulum Merdeka lebih fleksibel dan kontekstual sehingga penerapannya bisa disesuaikan dengan kebutuhan belajar peserta didik baik peserta didik  yang ada di kota maupun di desa. Bahkan menariknya Kurikulum Merdeka menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih modern, yang berfokus pada pengembangan soft skills, kreativitas, dan kemampuan adaptasi siswa.

Perubahan kurikulum sekarang memang sudah ditentukan dan disesuaikan dengan kebutuhan, namun proses sosialisasi dan persiapan masih perlu ditambah karena sosialisasi yang kurang serta persiapan yang kurang matang bisa menjadi penghambat dalam pelaksanaannya di sekolah. Baik pendidik maupun peserta didik sama-sama perlu memahami kurikulum merdeka.

 

 

 

 

           

           

 

 

 

Jumat, 02 Oktober 2020

TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

 


 Teks Laporan Hasil Observasi

Teks laporan hasil adalah teks yang memuat klasifikasi mengenai jenis tertentu berdasarkan kriteria terntentu. Teks laporan bersifat global atau universal. Teks laporan hasil observasi merupakan teks yang berisi tentang pembahasan atau penjabaran sesuatu yang merupakan hasil dari observasi atau pengamatan. Jenis teks ini selalu berisi tentang deskripsi bentuk, ciri-ciri, dan sifat umum dari objek yang diamati baik itu benda, manusia, hewan, tumbuhan dan lain sebagainya.

A.    Ciri-ciri Teks Laporan Hasil Observasi

Suatu teks dapat dikatakan sebagai teks hasil observasi apabila di dalamnya terdapat beberapa ciri berikut ini.

     1. Bersifat objektif, global dan/atau universal

2. Objek yang akan dibicarakan/dibahas adalah objek tunggal

3. Ditulis berdasarkan fakta sesuai dengan pengamatan yang telah dilakukan

4. Informasi teks merupakan hasil penelitian terkini yang sudah terbukti    kebenarannya

5. Tidak mengandung prasangka/dugaan/pemihakkan yang menyimpang atau tidak tepat

6.Disajikan secara menarik, baik dalam hal kata, bahasa jelas, isinya  berbobot maupun susunanya logis

                        

B.     Struktur Teks Hasil Observasi

Struktur adalah bagian-bagian yang membangun sebuah teks menjadi sebuah teks laporan hasil observasi. Secara umum teks laporan hasil observasi memiliki dua struktur, diantaranya yaitu:

1.      Pernyataan umum (klasifikasi)

Berisi tentang informasi/pengertian mengenai sesuatu yang dibahas atau hasil pengamatan yang telah dilakukan. Bagian ini dapat diartikan juga sebagai pembuka karangan secara umum dengan menjelaskan penggolongan/klasifikasi tentang objek yang hendak dilaporkan, seperti : benda, tumbuhan, lingkungan, organisme, hewan, fenomena sosial, fenomena alam, dan lain sebagainya. Pada bagian ini objek akan diklasifikasi berdasarkan atas persamaan dan/atau perbedaannya. Kemudian kriteria tersebut digunakan untuk membedakan kelas, subkelas dan rincian yang lebih mendetail lagi.

2. Anggota/aspek yang dilaporkan

Pada bagian ini, berisi penjelasan secara rinci mengenai informasi yang akan disampaikan berdasarkan hasil pengamatan. Pada bagian inii, akan diuraikan klasifikasi secara runtut dari kelas yang besar hingga menjadi kelas yang kecil (sub kelas). Misalnya penggolongan diikuti rincian dari aspek perilaku, genetik, lingkungan, fungsi, peran, fisik, atau kepribadian.

 

Didalam teks hasil observasi ada struktur terdapat strukur khusus yang harus dipatuhi agar teks lebih menarik dan mudah untuk dicermati pembaca. 

1.    Definisi umum

Deskripsi umum adalah bagian pembuka pada teks hasil observasi. Pada bagian ini terdapat pengertian dan gambaran yang mewakili secara umum isi teks hasil observasi.

2.    Definisibagian
Deskripsi bagian adalah bagian teks yang menjelaskan tentang setiap ide pokok dari paragraf secara jelas dan terperinci.

3.    Definisi manfaat

Definisi manfaat merupakan bagian yang menjelaskan manfaat dari sesuatu yang dilaporkan.

 4. Penutup

     Bgaian ini merupakan rincian akhir dari teks.

 

 

KALIMAT

Kalimat Utama

Kalimat utama atau disebut juga dengan kalimat topik adalah kalimat yang mengandung gagasan utama mengenai suatu topik yang sedang dibahas di dalam sebuah paragraf. Kalimat utama menjadi acuan untuk mengembangkan suatu paragraf. 

Ciri-ciri kalimat utama:

1.    Kalimat utama mengandung suatu permasalahan yang bisa dikembangkan secara terperinci.

2.     Kalimat utama merupakan suatu kalimat yang utuh atau bisa berdiri sendiri tanpa adanya penghubung baik penghubung antar kalimat maupun penghubung intra kalimat.

3.    Biasanya kalimat utama terletak di awal paragraf. Namun pada kalimat induktif kalimat utama terletak di akhir suatu paragraf dan biasanya menggunakan kata-kata berupa: “Sebagai kesimpulan, Jadi…, Dengan demikian…”

4.    Mempunyai arti yang jelas walaupun tanpa dihubungkan dengan kalimat lain.

Contoh

Demam berdarah merupakan ancaman bagi manusia di seluruh belahan dunia. Banyak kasus demam berdarah yang terjadi di seluruh dunia. Jumlah kasus demam berdarah yang paling tinggi di tempati oleh Asia terutama di Asia timur dan selatan. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi sehingga memungkinkan nyamuk Aedes Aegypti berkembang. Sedangkan Australia dan Amerika menempati peringkat ke 2 dan ke 3 dalam kasus demam berdarah. Jumlah kasus demam berdarah di benua ini lebih kecil karena letak geografis dan iklimnya yang membuat nyamuk Aedes Aegypti susah untuk berkembang.

Pada paragraf di atas semua kalimat membicarakan tentang demam berdarah. Berdasarkan ciri-ciri yang telah kita pelajari sebelumnya. kita bisa melihat kalimat pertama merupakan sebuah kalimat yang utuh. Sedangkan kalimat-kalimat setelahnya bersifat mendukung dengan memberikan contoh, alasan, dan bukti yang merupakan ciri dari kalimat penjelas.

Kalimat utama: Demam berdarah merupakan ancaman bagi manusia di seluruh belahan dunia.

Kalimat penjelas: Ada di kalimat ke 2 hingga ke 6.

Contoh

Banyak faktor yang bisa mempengaruhi tingginya kolesterol di dalam tubuh, sebagai pemicunya adalah banyaknya lemak yang kita konsumsi salah satunya adalah dari minyak goreng. Kolestrol yang menumpuk ini akan meyumbat aliran darah kita sehingga akan menggangu kerja jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh sehingga akan menyebabkan penyumbatan darah. Dengan demikian, kolesterol merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner.

Paragraf di atas membicarakan tentang Bahaya kolesterol bagi tubuh. kalimat pertama, hingga kalimat keempat merupakan kalimat penjelas. Pada kalimat pertama penulis mengajukan sebuah fakta dan di djelaskan oleh kalimat-kalimat selanjutnya. kemudian di bagian akhir penjelasan-penjelasan tersebut dirangkum dalam satu kaliamt di kalimat terakhir dicirikan dengan adanya kata “Dengan demikian”

Berdasarkan penjelasan dan contoh di atas, kalimat utama dari paragraf tersebut terletak di akhir paragraf sehingga paragraf ini disebut dengan paragraf Indukif.

Kalimat utama:   Dengan demikian, kolesterol merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner.

Kalimat penjelas: ada pada kalimat 1 hingga kalimat 4.

 

GAGASAN POKOK

            Gagasan pokok adalah pokok masalah yang mendasari cerita yang bersifat abstrak atau implisit atau kata-kata kunci yang terdapat dalam kalimat utama. Gagasan pokok merupakan gagasan yang menjiwai paragraf. Gagasan pokok dapat mudah ditemukan dengan menjawab pertanyaan “pertanyaan tersebut membahas apa?”

Ciri gagasan pokok:

1.        Mengandung topik permasalahan yang dapat dijabarkan lebih lanjut

2.        Gagasan utama terletak pada kalimat utama

3.        Jika paragraf deduktif, kalimat utamnya di awal paragraf. Jika paragraf induktif, kalimat utamnya berada di akhir paragraf

ISTILAH KATA

            Makna istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang dan yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Istilah Umum

            Istilah umum adalah istilah yang berasal dari bidnag tertentu yang dipakai secara luas menjadi unsur kosakata umum.

Contoh: Anggaran belanja, penilaian, daya, radio, nikah, takwa, akomodasi, deposito, giro, importir, segitiga, suaka politik, pakar, canggih, mantan, muntaber, dll.

Istilah Khusus

                        Istilah khusus maknanya terbatas pada bidang tertentu saja.

Contoh: Apendektomi, kurtosis, bipatride, pleistosen, debil, klorofil, vector, variabel, hepatitis, ampuls, dll.

Kebahasaan artikel dan buku ilmiah

 



Pengantar

Artikel adalah karangan faktual secara lengkap dengan panjang tertentu yang dibuat untuk dipublikasikan (melalui koran, majalah, buletin, dsb) dan bertujuan menyampaikan gagasan dan fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, dan menghibur.

“Karangan ilmiah merupakan suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isisnya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya.

Kebahasaan artikel dan buku ilmiah

Pada pembahasan sebelumnya, kamu telah mampu menyusun dan membedakan mana yang termasuk kalimat opini dan fakta yang terdapat dalam sebuah artikel. Pada pembahasan ini, kamu harus mampu menganalisis kebahasaan yang terdapat dalam sebuah artikel dan buku ilmiah.

Unsur kebahasaan yang terdapat dalam artikel dan buku ilmiah memiliki persamaan karena penyajian isinya berdasarkan fakta yang didukung melalui opini, bukan imajinasi. Berikut adalah unsur kebahasaan yang harus dicermati.

1. Adverbia

Adverbia adalah bahasa yang dapat mengekspresikan sikap eksposisi. Agar dapat meyakinkan pembaca, diperlukan ekspresi kepastian, yang bisa dipertegas dengan kata keterangan atau adverbia frekuentatif, seperti selalu, biasanya, sebagian besar, sering, kadang-kadang, dan jarang.

2. Konjungsi

Konjungsi adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat, yaitu kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat. Konjungsi yang banyak dijumpai pada artikel adalah konjungsi yang digunakan untuk menata argumentasi, seperti pertama, kedua, berikutnya; atau konjungsi yang digunakan untuk memperkuat argumentasi, seperti, selain itu, sebagaicontoh, misalnya, padahal, justru; konjungsi yang menyatakan hubungan sebab-akibat, seperti, sejak, sebelumnya, dan sebagainya; konjungsi yang menyatakan harapan, seperti, supaya, dan sebagainya.

3. Kosakata

Kosakata adalah perbendaharaan kata-kata. Supaya teks tersebut mampu meyakinkan pembaca, diperlukan kosakata yang luas dan menarik. Biasanya konten teks yang menarik tersebut mencakup hal-hal berikut.

a. Aktual, sedang menjadi pembicaraan orang banyak atau baru saja terjadi.

b. Fenomenal, yakni luar biasa, hebat, dan dapat dirasakan pancaindra.

c. Editorial, artikel dalam surat kabar yang mengungkapkan pendirian editor atau pemimpin surat kabar.

d. Imajinasi, daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan).

e. Modalitas, cara pembicara menyatakan sikap terhadap suatu imajinasi dalam komunikasi antarpribadi (barangkali, harus, dan sebagainya).

f. Nukilan, kutipan atau tulisan yang dicantumkan pada suatu benda.

g. Tajuk rencana, karangan pokok dalam surat kabar.

h. Teks opini, teks yang merupakan wadah untuk mengemukakan pendapat atau pikiran.

i. Keterangan aposisi, keterangan yang memberi penjelasan kata benda. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma atau tanda pisah atau tanda kurung.



Teks artikel

Sastrawan Serbabisa

Harian Kompas dan Sinar Harapan kerap memuat cerita pendeknya.

Novelnya sering muncul di majalah Kartini, Femina, dan Horison. Memenangi lomba penulisan fiksi baginya sudah biasa. Sebagai penulis skenario, ia duakali meraih piala Citra di Festival film Indonesia (FFI), untuk ”Perawan Desa” (1980), dan ”Kembang Kertas” (1985). Sebagai penulis fiksi sudah banyak buku yang dihasilkannya. Di antaranya, yang banyak diperbincangkan adalah BilaMalam Bertambah Malam, Telegram, Pabrik, Keok, Tiba-Tiba Malam, Sobat,

dan Nyali.

Namanya I Gusti Ngurah Putu Wijaya yang biasa disebut Putu Wijaya. Tidak sulit untuk mengenalinya karena topi pet putih selalu bertengger di kepalanya. Kisahnya, pada ngaben ayahnya di Bali, kepalanya digunduli. Kembali ke Jakarta, selang beberapa lama, rambutnya tumbuh tapi tidak sempurna, malah mendekati botak. Karena itu, ia selalu memakai topi. ”Dengan ini saya terlihat lebih gagah,” tutur Putu sambil bercanda.

Putu yang dilahirkan di Puri Anom, Tabanan, Bali pada tanggal 11 April 1944, bukan dari keluarga seniman. Ia bungsu dari lima bersaudara seayah maupun dari tiga bersaudara seibu. Ia tinggal di kompleks perumahan besar,yang dihuni sekitar 200 orang, yang semua anggota keluarganya dekat danjauh, dan punya kebiasaan membaca. Ayahnya, I Gusti Ngurah Raka, seorangpensiunan punggawa yang keras dalam mendidik anak. Semula, ayahnyamengharapkan Putu jadi dokter. Namun, Putu lemah dalam ilmu pasti. Iaakrab dengan sejarah, bahasa, dan ilmu bumi.”Semasa di SD, Saya doyan sekali membaca,’’ tuturnya, ’’Mulai dari karanganKarl May, buku sastra Komedi Manusia-nya karya William Saroyan. Sejakkecil, saya juga senang sekali seni pertunjukan. Mungkin sudah merupakanbakat, senang pada seni laku,” ujarnya mengenang.

Meskipun demikian, ia tak pernah diikutkan main drama semasih kanakkanak, juga ketika SMP. Baru setelah menang lomba deklamasi, ia diikutkan main drama perpisahan SMA, yang diarahkan oleh Kirdjomuljo, penyair dan sutradara ternama di Yogyakarta. Ia pertama kali berperan dalam ”Badak”,karya Anton Chekov. ”Sejak itu saya senang sekali pada drama,” kenang Putu. Setelah selesai sekolah menengah atas, ia melanjutkan kuliahnya di Yogyakarta, kota seni dan budaya. Di Yogyakarta, selain kuliah di Fakultas Hukum, UGM, ia juga mempelajari seni lukis di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), drama di Akademi Seni Drama danFilm (Asdrafi ). Dari Fakultas Hukum, UGM, ia meraih gelar sarjana hukum (1969), dari Asdrafi ia gagal dalam penulisan skripsi, dan dari kegiatan berkesenian ia mendapatkan identitasnya sebagai seniman.

Selama bermukim di Yogyakarta, kegiatan sastranya lebih terfokus pada teater. Ia pernah tampil bersama Bengkel Teater pimpinan W.S. Rendra dalam beberapa pementasan, antara lain dalam pementasan ”Bip-Bop” (1968) dan ”Menunggu Godot” (1969). Ia juga pernah tampil bersama kelompok Sanggar Bambu. Selain itu, ia juga (telah berani) tampil dalam karyanya sendiri yang berjudul ”Lautan Bernyanyi” (1969). Ia adalah penulis naskah sekaligus sutradara pementasan itu. Naskah dramanya itu menjadi pemenang ketiga Sayembara Penulisan Lakon yang diselenggarakan oleh Badan Pembina Teater Nasional Indonesia.

Setelah kira-kira tujuh tahun tinggal di Yogyakarta, Putu pindah ke Jakarta. Di Jakarta ia bergabung dengan Teater Kecil asuhan sutradara ternama Arifi n C. Noer dan Teater Populer. Di samping itu, ia juga bekerja sebagai redaktur majalah Ekspres (1969). Setelah majalah itu mati, ia menjadi redaktur majalahTempo (1971–1979). Bersama rekan-rekannya di majalah Tempo, Putu mendirikan Teater Mandiri (1974). ”Saya perlu bekerja jadi wartawan untukmenghidupi keluarga saya. Juga karena saya tidak mau kepengarangan sayaterganggu oleh kebutuhan mencari makan,” tutur Putu.

Pada saat masih bekerja di majalah Tempo, ia mendapat beasiswa belajar

drama (Kabuki) di Jepang (1973) selama satu tahun. Namun, karena tidaknyaman dengan lingkungannya, ia belajar hanya sepuluh bulan. Setelah itu, iakembali aktif di majalah Tempo. Pada tahun 1974, ia mengikuti InternationalWriting Program di Iowa, Amerika Serikat. Sebelum pulang ke Indonesia,mampir di Prancis, ikut main di Festival Nancy.

Putu mengaku belajar banyak dari majalah Tempo dan penyair GoenawanMohamad. ”Yang melekat di kepala saya adalah bagaimana menulis sesuatuyang sulit menjadi mudah. Menulis dengan gaya orang bodoh sehingga yangmengerti bukan hanya Menteri, tapi juga tukang becak. Itulah gaya Tempo,”ungkap Putu. Dari Tempo, Putu pindah ke majalah Zaman (1979–1985), dania tetap produktif menulis cerita pendek, novel, lakon, dan mementaskannyalewat Teater Mandiri, yang dipimpinnya. Di samping itu, ia mengajar pula diAkademi Teater, Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

Ia mempunyai pengalaman bermain drama di luar negeri, antara laindalam Festival Teater Sedunia di Nancy, Prancis (1974) dan dalam FestivalHorizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985). Ia juga membawa Teater Mandiriberkeliling Amerika dalam pementasan drama ”Yel” dan berpentas di Jepang(2001). Karena kegiatan sastranya lebih menonjol pada bidang teater, PutuWijaya pun lebih dikenal sebagai dramawan. Sebenarnya, selain berteater iajuga menulis cerpen dan novel dalam jumlah yang cukup banyak, di sampingmenulis esai tentang sastra. Sejumlah karyanya, baik drama, cerpen, maupunnovel telah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, antara lain bahasa Inggris,Belanda, Prancis, Jerman, Jepang, Arab, dan Thailand.

Gaya Putu menulis novel tidak berbeda jauh dengan gayanya menulis drama. Seperti dalam karya dramanya, dalam novelnya pun ia cenderung mempergunakan gaya objektif dalam pusat pengisahan dan gaya stream ofconsciousness dalam pengungkapannya. Ia lebih mementingkan perenunganketimbang riwayat.

Adapun konsep teaternya adalah teror mental. Baginya, teror adalah pembelotan, pengkhianatan, kriminalitas, tindakan subversif terhadap logika tapi nyata. Teror tidak harus keras, kuat, dahsyat, menyeramkan bahkan bisaberbisik, mungkin juga sama sekali tidak berwarna. Ia menegaskan, ’’Teater bukan sekadar bagian dari kesusastraan, melainkan suatu tontonan.’’ Naskah sandiwaranya tidak dilengkapi petunjuk bagaimana harus dipentaskan. Agaknya, memberi kebebasan bagi sutradara lain menafsirkan. Bila menyinggung problem sosial, karyanya tanpa protes, tidak mengejek, juga tanpa memihak. Tiap adegan berjalan tangkas, kadang meletup, diseling humor. Mungkin ini cerminan pribadinya. Individualitasnya kuat, dan berdisiplin tinggi.

Saat ditanya pemikiran pengarang yang sehari bisa mengarang cerita 30 halaman, menulis empat artikel dalam satu hari ini tentang tulis menulis. Putu menjawab, ’’Menulis adalah menggorok leher tanpa menyakiti,’’ katanya,

’’bahkan kalau bisa tanpa diketahui.’’ Kesenian diibaratkannya seperti baskom, penampung darah siapa saja atau apa pun yang digorok: situasi, problematik, lingkungan, misteri, dan berbagai makna yang berserak. ’’Kesenian,’’ katanya,

’’merupakan salah satu alat untuk mencurahkan makna, agar bisa ditumpahkan kepada manusia lain secara tuntas.’’

”Saya sangat percaya pada insting,” kata Putu tentang caranya menulis.

”Ketika menulis, saya tidak mempunyai bahan apa-apa. Semua datang begitu saja ketika di depan komputer,” katanya lagi. Ia percaya bahwa ada satu galaksi dalam otak yang tidak kita mengerti cara kerjanya. Tapi, menurut Putu, itubukan peristiwa mistik, apalagi tindak kesurupan. Selain menekuni dunia teater dan menulis, Putu juga menjadi sutradara fi lm dan sinetron serta menulis skenario sinetron. Film yang disutradarainya ialah fi lm ”Cas Cis Cus”, ”Zig Zag”, dan ”Plong”. Sinetron yang disutradarainya ialah ”Dukun Palsu”, ”PAS”, ”None”, ”Warteg”, dan ”Jari-Jari”. Skenario yang ditulisnya ialah ”Perawan Desa”, ”Kembang Kertas”, serta ”Ramadhan” dan ”Ramona”. Ketiga skenario itu memenangkan Piala Citra. Pada 1977, ia menikah dengan Renny Retno Yooscarini alias Renny Djajusman yang dikaruniai seorang anak, Yuka Mandiri. Namun, pada tahun 1984 ia menyendiri kembali. Pertengahan 1985, ia menikahi gadis Sunda,

Dewi Pramunawati, karyawati majalah Medika. Bersama Dewi, Putu Wijaya selanjutnya hidup di Amerika Serikat selama setahun. Atas undangan Fulbright, 1985–1988, ia menjadi dosen tamu teater dan sastra Indonesia modern di Universitas Wisconsin dan Universitas Illinois, AS. Atas undangan Japan Foundation, Putu menulis novel di Kyoto, Jepang, 1992. Setelah lama berikhtiar, walau dokter di Amerika mendiagnosis Putu tak bakal punya anak lagi. Pada 1996 pasangan ini dikaruniai seorang anak, Taksu.

Rumah tangga baginya sebuah ”perusahaan”. Apa pun diputuskan berdasarkan pertimbangan istri dan anak, termasuk soal pekerjaan. Soal pendidikan anak, ”Saya tidak punya cara,” ujar Putu. Anak dianggap sebagai teman, kadang diajak berunding, kadang dimarahi. Dan, kata Putu, ”Saya tidak mengharapkan ia menjadi apa, saya hanya memberikan kesempatan saja.”

Kini, penggemar musik dangdut, rock, klasik karya Bach atau Vivaldi dan jazz ini total hanya menulis, menyutradarai fi lm dan sinetron, serta berteater. Dalam bekerja ia selalu diiringi musik. Olahraganya senam tenaga prana Satria Nusantara. ”Sekarang saya sudah sampai pada tahap bahwa kesenian merupakan upaya dan tempat berekspresi sekaligus pekerjaan,” ujar Putu.

(Sumber: tokohindonesia.com dengan pengubahan)

Cuplikan Buku Ilmiah



Cuplikan teks buku ilmiah

Menguak Tabir Kekuasaan Sang Pencipta

Judul Buku : Mengenal Allah: Alam, Sains, dan Teknologi

Penulis : Tauhid Nur Azhar

Penerbit : Tinta Medina

Kota : Solo

Tahun : 2012

Jumlah halaman : 280 halaman

Dalam Al-Qur’an surah Fushilat ayat 53, Allah Swt. berfi rman ”Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar.

Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” Berdasarkan ayat di atas secara eksplisit dapat kita pahami bahwa Allah Swt. menciptakan alam semesta beserta isinya dan juga manusiasebenarnya untuk menunjukkan keagungan dan kebesaran-Nya. Allah ingin manusia mengenalnya. Akan tetapi, banyak manusia yang masih ingkar dan tak pernah tunduk akan kekuasaan-Nya itu. Ini semua terjadi karena mereka belum mengenal Allah Swt dengan iman, hati dan pikiran. Ada dua jalan utama yang dapat kita tempuh untuk mengenal Allah Swt. Pertama, dengan memperhatikan ayat-ayat Qauliyyah yang termaktub dalam kitab suci Al- Qur’an. Kedua, dengan memperhatikan ayat-ayat Kauniyyah yang terbentangluas di alam semesta ini, bahkan dalam diri kita sendiri. Buku Mengenal Allah: Alam, Sains, dan Teknologi karya Tauhid Nur Azhar ini bisa menjadi referensi bacaan yang bagus untuk kita dalam memahami dan mengurai tanda-tanda kebesaran Allah Swt. Dalam segenap ciptaan-Nya.

Dalam Al-Qur’an, kita mendapati banyak sekali ayat yang membicarakan tentang keesaan Allah Swt. Keagungan-Nya, kehebatan-Nya dalam penciptaan dan kelembutan-Nya. Semua itu menunjukkan bahwa Dia itu ada dan wajib diimani keberadaan-Nya. Hal ini jelas, nyata, dan terpampang di hadapan kita. Namun, ketika kita berbicara tentang ayat-ayat Kauniyyah maka sebagian besar dari kita lalai memikirkannya. Alam yang terbentang luas, lautan, dan samudra yang luas, binatang-binatang yang tak terhitung jumlahnya, bahkan perangkat-perangkat yang ada dalam tubuh kita sendiri, seperti darah, DNA, dan otak merupakan bukti kemahabesaran-Nya. (hlm. viii). Ibnu Arabi mengungkapkan bahwa penciptaan alam semesta ini melalui tajalli(penampakan diri) Tuhan pada alam. Penampakkan diri Tuhan mengambil dua bentuk, yaitu: pertama, tajalli dzati yang terjadi secara intrinsik pada esensi Tuhan itu sendiri dalam bentuk penciptaan potensi, kedua, tajalli syuhudi,yaitu penampakan diri secara nyata yang mengambil bentuk penampakkan diri dalam alam semesta. (hlm. 3).

Dari dua esensi penampakan Tuhan ini, manusia tidak akan mampu mengindra penampakan tajalli dzati dengan mata lahiriah. Allah ’Azza wa Jalla terlalu sempurna untuk itu. Mata lahiriah terlalu lemah untuk memandang dzat Allah Swt. Kita dapat mengenal Allah Swt. Melalui tajalli syuhudi yang terwujud dalam citra alam semesta. Kehadiran Allah dapat kita lihat dalam segenap ciptaan-Nya, termasuk dalam diri kita sendiri, sebagaimana kita mengenal seorang seniman dari karya seninya. Ada satu modal dasar terpenting yang dikaruniakan Tuhan kepada manusia, yaitu DNA (DeoxyribonukleidAcid) atau untaian asam nukleat yang membuktikan betapa besar kekuasaan Allah Swt. Hingga sanggup membuat DNA yang begitu kecil dan canggih dalam tubuh manusia. Sepanjang penelitian para ilmuwan, DNA memiliki kemampuan menyandi sekitar 30.000 sifat. Tidak hanya sifat fi sik, tetapi juga sifat psikologis atau perilaku. Penyandian yang bersifat psikologis dilakukan secara tidak langsung, yaitu melalui sintesis atau pembentukan protein menjadi hormon, kemudian hormon itulah yang sedikit banyak memengaruhi perilaku manusia. Kitapun mengenal ada hormon-hormon ketakutan, kecemasan, agresif, dan ada pula hormon-hormon yang melahirkan rasa cinta dan kasih sayang, kebahagiaan, ketenangan, kegembiraan, dan kesedihan. Produksi hormon-hormon ini sangat dipengaruhi oleh kerja DNA. (hlm. 109–110).

Pada buku ini, terdapat sedikit kelemahan, yaitu dari bahasa yang digunakan masih terdapat istilah-istilah yang sulit dipahami oleh masyarakat awam. Namun, kehadiran buku ini memiliki sejumlah manfaat, di antaranya kita akan mendapatkan berbagai hal yang sebelumnya mungkin tidak pernah terlintas dalam pikiran kita. Misalnya, masalah tikus tanah (hlm. 202). Mungkin banyak di antara kita yang bertanya-tanya mengapa Allah Swt. menciptakan tikus tanah dalam keadaan buta dan mengapa wajahnya sangat menyeramkan? Apa manfaatnya bagi manusia? Melalui buku ini kita akan semakin tahu, bahwa tak ada sesuatu pun yang sia-sia yang diciptakan Allah Swt. Buku ini akan membantu kita mendapatkan pencerahan hati dan pikiran, tentunya juga pencerahan iman.




DAFTAR PUSTAKA

Kemdikbud. 2013. Bahasa Indonesia: Wahana Pengetahuan Kelas   XII.  Jakarta:  Kementerian dan Kebudayaan Indonesia.

Harsiati, Titik dkk. 2016. Buku Guru Kelas XII SMA. Jakarta: Kementerian dan Kebudayaan Indonesia.


Senin, 06 April 2015

MENULIS DENGAN MEMPERHATIKAN TATA BAHASA YANG BENAR DALAM MEDIA MASSA




MENULIS DENGAN MEMPERHATIKAN  TATA BAHASA YANG BENAR DALAM MEDIA MASSA

Eva Rosanti
Jln. Allumunium Gg jambu


Abstrak
Tulisan ini membahas tentang menulis dengan memperhatikan tata bahasa yang benar dalam media massa. Dalam menulis di media massa perlu diperhatikan tata bahasa tulisan, mengetahui etika penulisan, tidak melangar kesusilaan, ejaan tanda baca, dan susunan kalimat. Tulisan dapat berupa opini, artikel ilmia , dan cerpen dan sebagainya . Hasil tulisan dalam media massa telah ditentukan jumlahnya. Sehingga penulis harus memiliki kemampuan mengedit tulisannya penggunaan tata bahsa yang baik sangat penting karena itu menentukan bagus tidaknya  penulisan dan berhasil tidaknya hasil tulisan seorang penulis dalam  menyampaikan pesan. Tujuan memperhatikan tata bahasa dalam media massa yaitu agar kita dapat menghasilkan tulisan yang bagus dan menarik  sehingga dapat dipahami oleh para pembaca maksud dan tujuan tulisan tersebut.

Kata kunci: media massa, tulisan, bahasa tulis

Pendahuluan
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang hakikatnya untuk menyampaikan pesan dengan media berupa bahasa tulis. Pada waktu menulis seseorang memerlukan lebih banyak waktu untuk berpikir, menuangkan ide-idenya diatas kertas dengan cara mengembangkan topik, memilih kata-kata, membaca kembali apa yang telah ditulis, memikirkannya mempertimbamgkannya, dan memperbaikinya.
Terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mendapatkan hasil tulisan yang baik, yaitu: pada waktu menulis seseorang memerlukan lebih banyak waktu untuk berpikir, menuangkan ide-idenya diatas kertas dengan cara mengembangkan topik, memilih kata-kata, membaca kembali apa yang ditulisnya, memikirkannya, mempertimbangkannya, dan memperbaikinya.
Menulis erat kaitannya denggan media massa karena media massalah yang merupakan  tempat menampung tulisan agar tulisan tersebut dapat dipublikasikan sehingga dapat dibaca oleh orang lain. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat kabar, film, radio, TV.  Dua fungsi dari media massa adalah memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi. Dalam jurnal ini kita hanya membahas tentang media cetak. Peranan yang dimainkan oleh media massa secara umum adalah merupakan sumber primer dalam komunikasi massa. Hal ini dapat dilihat apabila media massa dijadikan sebagai salah satu wadah dalam mencari rujukan. Tanpa adanya media massa, masyarakat tidak akan mengetahui berbagai informasi yang baru termasuk dari dalam dan luar negara. Selain itu, media massa dapat menyebar kepada orang banyak.
Banyak orang menginginkan tulisannya masuk dalam media massa numun tak banyak yang tulisannya tidak diterima atau tidak diterbitkan karena tulisannya tidak memenuhi standar atau tidak menarik. Sehingga tulisannya tidak dapat diterima atau diterbitkan. Karena itu banyak orang bertanya tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis ke media massa.

Terdapat 9 dasar-dasar tata bahasa indonesia yaitu: (1) menyusun kalimat, (2) kalimat aktif, (3) kalimat pasif, (4) kalimat tak lengkap, (5) kalimat mejemuk, (6) kalimat tanyak, (7) Ungkapan “ baik…maupun” (8) Ungkapan “sama-sama …” atau “berdua sama-sama…” (9) kalaimat pengandaiaan. Selain itu kita perlu memperhatikan etika penulisan, tidak melangar kesusilaan, dan ejaan tanda baca. Sehingga tulisan yang dibuat lebih bagus dan pesan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan baik.
Banyak orang beranggapan menulis di media massa (surat kabar, majalah, tabloid, dll.) itu sulit. Sebaliknya, ada juga yang berpendapat menulis di media massa itu mudah. Tidak mudah untuk menilai mana yang benar, mana yang salah. Sangat boleh jadi keduanya benar. Atau, mungkin yang benar rumusannya: gampang-gampang sulit. Maksudnya, memang menulis di media massa itu tidak mudah, namun bukan berarti sulit melulu sehingga mustahil orang melakukannya. Kalau orang mau mengakui unsur kesulitannya, mau mendekatinya dan mengenalnya maka lama- lama akan bisa atau terasa menjadi gampang. Sebaliknya, kalau orang beranjak dengan anggapan bahwa menulis di media massa itu gampang, bahkan karenanya lalu menggampangkan (menganggap segalanya gampang, dengan nada congkak), maka justru akan menjadi sulit, karena dia tidak bakal menghasilkan apa-apa, alias berhenti di tempat.
Mungkin selama ini anda hanya menjadi pembaca di media cetak dan  ingin sekali menulis di media cetak maka cobalah mulai menulis meski mungkin akan sering ditolak. Namun anda akan balajar banyak hal dari itu.


Bahan dan Metode
Adapun bahan yang saya yaitu dari jurnal Lis Setiawati yang berjudul “Konstribusi Mata Kuliah Menulis Terhadap Kemampuan Menulis Mahasiswa Berpropesi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia”, jurnal Agus Budi Wahyudi dan Atiqa Sabardila “Pemakaian Kata Reformasi dalam Media Massa Jawa Pos”, jurnal F.X. Rahyono, dkk yang berjudul “Kearifan dalam Bahasa Sebuah Tinjauan Pragmatis terhadap Profil Kebahasaan Media Massa Pacsorde Baru”.
Metode yang digunakan dalam penulisan jurnal ini yaitu dengan mengumpulkan bahan rujukan yang saling berkaitan dengan judul jurnal yang akan ditulis, namun sebelum menulis jurnal perlu memperhatikan judul-judul jurnal yang jurnal yang akan ditulis memiliki kaitan dengan jurnal yang kita tulis, kemudian membaca bahan rujukan. Setelah itu menulis jurnal yang isinya sesuai dengan judul jurnal yang telah ditentukan. Judul dengan bagian dalam jurnal harus saling berkaitan dan barhubungan agar jurnal tidak racuh.

Hasil  dan Pembahasan
Tulisan ini menghasilkan pengenalan dan pemahaman tentang metode yang dilakukan. Selain itu, dapat mengetahui pembagian tata bahasa, mengetahui etika penulisan, tidak melangar kesusilaan, ejaan tanda baca, dan susunan kalimat. Tulisan dapat berupa opini, artikel ilmia, dan cerpen dan sebagainya.
Disamping itu hal-hal mendasar berikut perlu diperhatikan:

1.      Tata bahasa tulisan isi artikel harus memiliki standar dasar sastrawi. Maksudnya, gaya bahasa sesuai dengan panduan bahasa indonesia yang benar. Baik dalam segi ejaan, tanda-tanda bacaab, pemakaian huruf besar kecil, maupun dalam susunann kata-kata.

2.      Mengetahui etika penulisan artikel. Yaitu, tulisan harus orisinal, bukan plagiat atau jiplakan serta mengandung unsur baru.

3. Topik opini bersifat aktual. Yang dimaksud aktual adalah sebagai respons/komentar dari peristiwa yang baru saja terjadi atau sebagai refleksi dari hari besar nasional dan internasional.

Dalam menulis ke media massa kita merlu memperhatikan tata bahasa dan etika tulisan, tandan baca, agar tulisan dapat menarik minat pembaca selain itu maksud dan pesan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan kepada pembaca. Berikut akan di jelaskan dasar-dasar tata bahasa indonesia.

Dasar-Dasar Tata Bahasa Indonesia
1.        Menyusun Kalimat
Kalimat yang sempurna dibentuk oleh tiga bagian: pokok kalimat, sebutan, pelengkap/pelengkap penderita. Pokok kalimat harus berupa kata ganti atau kata benda atau yang dibendakan. Sebutan harus berupa kata kerja.

2.        Kalimat aktif
Kalimat aktif adalah kalimat dimana pokok kalimat melakukan kerja yang dinyatakan oleh kata sebutan yang berupa kata kerja dengan awalan me atau ber.
contoh: Ia merangkai bunga.

3.        Kalimat pasif
Kalimat pasif adalah kalimat dimana pokok kalimat dikenai oleh kata kerja sebutan. Kata kerjanya umumnya diberi awalan di atau ter. Bila berawalan di seringkali sebutan diikuti kata depan oleh yang kadang-kadang dapat dihilangkan. Bila berawalan ter, suatu kalimat bisa merupakan kalimat aktif dengan kata kerja intransitif.
 contoh: Air itu diminum beramai-ramai.

4.        Kalimat Tak Lengkap
suatu kalimat lengkap terdiri dari pokok kalimat (subjek), sebutan (predikat) dan pelengkap (penderita atau keterangan).
Apabila salah satu dari unsur itu tidak ada, kalimat tetap dapat dibuat dan dimengerti. Kalimat seperti itu disebut kalimat tak lengkap.
Kalimat tak lengkap bisa hanya terdiri dari pokok kalimat dan sebutan saja, atau hanya ada sebutan saja, atau hanya ada pokok kalimat saja, atau hanya ada pelengkap saja, bahkan hanya ada satu kata seru saja. Contoh:
- Ia menendang. Si Polan mengejar. Ia tak bekerja

5.        Kalimat majemuk
Kalimat majemuk atau sering juga disebut kalimat sambung, biasanya terdiri dari dua atau lebih kalimat yang disambung dengan suatu kata sambung: dan, dengan, bila, bahwa, kalau, walaupun, apabila, andai, umpama, sambil, dan sebagainya. Dalam kalimat majemuk, sering pokok kalimat hanya disebut satu kali pada salah satu kalimat atau sebutan hanya disebut satu kali pada salah satu kalimat.
Contoh: Kalimat ke satu: Ia memanjat pohon. Kalimat ke dua: Ia terjatuh dari pohon.
Kalimat majemuk menjadi: Ia memanjat pohon dan terjatuh.

6.      Kalimat Tanya
Suatu kalimat disebut kalimat tanya apabila maksud kalimat adalah bertanya tentang sesuatu. Suatu kalimat tanya biasanya didahului kata tanya: apa, siapa, berapa, kenapa, bagaimana, dimana.
contoh:  Apa yang terjadi disini? Siapa yang bertugas hari ini?

7.      Ungkapan “ baik…maupun”
Ungkapan ini dipakai apabila dua atau lebih kata ganti dipakai sebagai pokok kalimat sama-sama memiliki sebutan yang sama dan saling menggantikan:
- Baik saya maupun si Polan sudah berumur lebih dari 50 tahun. (Kalimat positif).
- Baik si Anu maupun si Polan tidak senang berburu. (Kalimat negatif)

8.      Ungkapan “sama-sama …” atau “berdua sama-sama…”
Ungkapan “sama-sama…” atau “keduanya sama-sama…” dipakai apabila dua (hanya dua) kata ganti dipakai sebagai pokok kalimat memiliki sebutan yang sama.
Berbeda dengan ungkapan “baik…maupun”, pokok kalimat disini digabung menjadi kesatuan.(tidak dapat saling menggantikan):
- Saya dan dia sama-sama berjualan buku.
- Si Poland dan si Badu berdua sama-sama tinggal di Petojo
.

9.      Kalimat pengandaian
Kalimat pengandaian adalah kalimat majemuk dimana suatu sebutan (predikat) dari salah satu kalimat berlaku apabila syarat dari kalimat lainnya terpenuhi.
Untuk itu selalu dipakai kata sambung pengandaian “supposing conjunction” seperti: kalau, apabila, jika, seandainya, andaikan, bila
- Saya akan berangkat ke sekolah bila ibu sudah pulang. Maksudnya saya tidak berangkat kalau ibu belum pulang.

Selain itu kita perlu memperhatikan etika penulisan, tidak melangar kesusilaan, dan ejaan tanda baca. Sehingga tulisan yang dibuaat lebih bagus dan pesan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan baik. Perlu memperhatikan etika penulisan maksudnya kita harus memperhatikan jangan sampe tulisan kita mengandung unsur SARA dan politik sehingga menyinggung orang lain. Tidak melanggar kesusilaan majsudnya tidak melanggar hak asasi manusia, tulisan kita tidak boleh bersifat mengejek atau menghina orang lain. Ejaan tanda baca maksudnya harus memperhatikan tanda-tanda baca dalam tulisan seperti tanda koma(,), tanda titik (.), tanda seru (!),  tanda taanya (?) dan lain sebagainya. Tanda baca digunakan untuk memberi jeda atau perhentian dalam membaca bahan bacaan.

Dalam media massa kita dapat menulis opini, cerpen, artikel dan sebagainya dan itu sangat bermanfaat dalam meningkatkan mutu tulisan. Semakin banyak kita menulis ke media massa maka semakin mahirlah kita dalam menulis. Betapa pentingnya bagi mahasiswa dapat menulis ke media massa, teruatama jika tulisannya bermanfaat bagi para pembaca. Tidak mudah membuat tulisan yang baik dan disukai banyak para pembaca, namun hidup jika ingin menjadi penulis yang tulisannya disukai para pembaca maka tetap berusaha.

Dalam sebuah media cetak, baik koran, majalah atau buletin terdpat satu halaman khusus yang biasa disebut opini. Di koran, halamn tersebut di isi oleh tiga unsur yaitu redaksi, para ahli bidangnya dan pembaca.

 Opini yang ditulis oleh tim redaksi disebut Tajuk Rencana atau Editorial. Yang ditulis oleh ahli disebut op-ed singkatan dari Opini Editorial atau kolom untuk artikel opini di majalah. Sedang yang ketiga ditulis oleh pembaca koran atau majalah terkait. Segmen ini biasa disebut dengan Surat Pembaca, atau Pembaca Menulis, dan sebagainya.

Terdapat syarat artikel opini yang berpotensi dimuat media cetak koran majalah yaitu:
Penulisan artikel bisa berdasarkan gagasan murni dari si penulis, bisa juga sebagian isinya mengambil dari sumber lain. Misalnya referensi kepustakaan, gagasan orang lain, renungan tokoh masyarakat dan sebagainya. Penulisan artikel tidak terikat dengan waktu, tidak terikat bentuk berita, gaya bahasa, dan teknik penulisan jurnalistik lainnya. Ttetapi agar artikel dibaca oleh publik, penulisnya harus memperhitungkan aktualitas gaya penulisan serta panjang pendek artikel.



Kesinpulan

Dalam menulis kemedia massa kita memperhatikan tata bahasa, etika tulisan, tulisan tidak mengandung kesusilaan dan ejaan harus diperhatikan. Dasar-dasar tata bahasa terdapat 9 yaitu, menyusun kalimat, kalaimt aktif, kalimat pasif, kalimat tidak lengkap, kalimat majemuk, kalimat tanya, ungkapan “ baik…maupun”, ungkapan “sama-sama …” atau “berdua sama-sama…”, kalimat pengandaian. Selain itu kita perlu memperhatikan etika penulisan, tidak melangar kesusilaan, dan ejaan tanda baca. Sehingga tulisan yang dibuat lebih bagus dan pesan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan baik.

Topik opini bersifat aktual. Yang dimaksud aktual adalah sebagai respons/komentar dari peristiwa yang baru saja terjadi atau sebagai refleksi dari hari besar nasional dan internasional.

Tujuan memperhatikan tata bahasa dalam media massa yaitu agar kita dapat menghasilkan tulisan yang bagus dan menarik  sehingga dapat dipahami oleh para pembaca maksud dan tujuan tulisan tersebut.
Dalam sebuah media cetak, baik koran, majalah atau buletin terdpat satu halaman khusus yang biasa disebut opini. Di koran, halamn tersebut di isi oleh tiga unsur yaitu redaksi, para ahli bidangnya dan pembaca.

Tujuan dalam menulis di media cetak agar pikiran atau pesan kita dapat tersamapaikan kepada publik.