MENULIS
DENGAN MEMPERHATIKAN TATA BAHASA YANG BENAR
DALAM MEDIA MASSA
Eva
Rosanti
Email:
rosanti_eva@rocketmail.com
Jln.
Allumunium Gg jambu
Abstrak
Tulisan ini membahas tentang menulis dengan
memperhatikan tata bahasa yang benar dalam media massa. Dalam menulis di media
massa perlu diperhatikan tata bahasa tulisan, mengetahui etika penulisan, tidak
melangar kesusilaan, ejaan tanda baca, dan susunan kalimat. Tulisan dapat
berupa opini, artikel ilmia , dan cerpen dan sebagainya . Hasil tulisan dalam
media massa telah ditentukan jumlahnya. Sehingga penulis harus memiliki
kemampuan mengedit tulisannya penggunaan tata bahsa yang baik sangat penting
karena itu menentukan bagus tidaknya
penulisan dan berhasil tidaknya hasil tulisan seorang penulis dalam menyampaikan pesan. Tujuan memperhatikan tata
bahasa dalam media massa yaitu agar kita dapat menghasilkan tulisan yang bagus
dan menarik sehingga dapat dipahami oleh
para pembaca maksud dan tujuan tulisan tersebut.
Kata kunci: media massa, tulisan, bahasa tulis
Pendahuluan
Menulis merupakan salah
satu keterampilan berbahasa yang hakikatnya untuk menyampaikan pesan dengan
media berupa bahasa tulis. Pada waktu menulis seseorang memerlukan lebih banyak
waktu untuk berpikir, menuangkan ide-idenya diatas kertas dengan cara
mengembangkan topik, memilih kata-kata, membaca kembali apa yang telah ditulis,
memikirkannya mempertimbamgkannya, dan memperbaikinya.
Terdapat
beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mendapatkan hasil tulisan yang baik, yaitu:
pada waktu menulis seseorang memerlukan lebih banyak waktu untuk berpikir,
menuangkan ide-idenya diatas kertas dengan cara mengembangkan topik, memilih
kata-kata, membaca kembali apa yang ditulisnya, memikirkannya,
mempertimbangkannya, dan memperbaikinya.
Menulis
erat kaitannya denggan media massa karena media massalah yang merupakan tempat menampung tulisan agar tulisan
tersebut dapat dipublikasikan sehingga dapat dibaca oleh orang lain. Media
massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber
kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti
surat kabar, film, radio, TV. Dua fungsi
dari media massa adalah memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi. Dalam
jurnal ini kita hanya membahas tentang media cetak. Peranan yang
dimainkan oleh media massa secara umum adalah merupakan sumber primer dalam komunikasi massa. Hal ini dapat dilihat apabila
media massa dijadikan sebagai salah satu wadah dalam mencari rujukan.
Tanpa adanya media massa, masyarakat tidak akan mengetahui berbagai informasi
yang baru termasuk dari dalam dan luar negara. Selain itu, media massa
dapat menyebar kepada orang banyak.
Banyak orang menginginkan tulisannya
masuk dalam media massa numun tak banyak yang tulisannya tidak diterima atau
tidak diterbitkan karena tulisannya tidak memenuhi standar atau tidak menarik.
Sehingga tulisannya tidak dapat diterima atau diterbitkan. Karena itu banyak
orang bertanya tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis ke media
massa.
Terdapat
9 dasar-dasar tata bahasa indonesia yaitu: (1) menyusun kalimat, (2) kalimat
aktif, (3) kalimat pasif, (4) kalimat tak lengkap, (5) kalimat mejemuk, (6)
kalimat tanyak, (7) Ungkapan “ baik…maupun” (8) Ungkapan
“sama-sama …” atau “berdua sama-sama…” (9) kalaimat pengandaiaan. Selain itu kita perlu memperhatikan etika
penulisan, tidak melangar kesusilaan, dan ejaan tanda baca. Sehingga tulisan
yang dibuat lebih bagus dan pesan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan
dengan baik.
Banyak
orang beranggapan menulis di media massa (surat kabar, majalah, tabloid, dll.)
itu sulit. Sebaliknya, ada juga yang berpendapat menulis di media massa itu
mudah. Tidak mudah untuk menilai mana yang benar, mana yang salah. Sangat boleh
jadi keduanya benar. Atau, mungkin yang benar rumusannya: gampang-gampang
sulit. Maksudnya, memang menulis di media massa itu tidak mudah, namun bukan
berarti sulit melulu sehingga mustahil orang melakukannya. Kalau orang mau
mengakui unsur kesulitannya, mau mendekatinya dan mengenalnya maka lama- lama
akan bisa atau terasa menjadi gampang. Sebaliknya, kalau orang beranjak dengan
anggapan bahwa menulis di media massa itu gampang, bahkan karenanya lalu
menggampangkan (menganggap segalanya gampang, dengan nada congkak), maka justru
akan menjadi sulit, karena dia tidak bakal menghasilkan apa-apa, alias berhenti
di tempat.
Mungkin
selama ini anda hanya menjadi pembaca di media cetak dan ingin sekali menulis di media cetak maka
cobalah mulai menulis meski mungkin akan sering ditolak. Namun anda akan
balajar banyak hal dari itu.
Bahan
dan Metode
Adapun bahan yang saya
yaitu dari jurnal Lis Setiawati yang berjudul “Konstribusi Mata Kuliah Menulis
Terhadap Kemampuan Menulis Mahasiswa Berpropesi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia”,
jurnal Agus Budi Wahyudi dan Atiqa Sabardila “Pemakaian Kata Reformasi dalam
Media Massa Jawa Pos”, jurnal F.X. Rahyono, dkk yang berjudul “Kearifan dalam
Bahasa Sebuah Tinjauan Pragmatis terhadap Profil Kebahasaan Media Massa
Pacsorde Baru”.
Metode
yang digunakan dalam penulisan jurnal ini yaitu dengan mengumpulkan bahan
rujukan yang saling berkaitan dengan judul jurnal yang akan ditulis, namun
sebelum menulis jurnal perlu memperhatikan judul-judul jurnal yang jurnal yang
akan ditulis memiliki kaitan dengan jurnal yang kita tulis, kemudian membaca
bahan rujukan. Setelah itu menulis jurnal yang isinya sesuai dengan judul
jurnal yang telah ditentukan. Judul dengan bagian dalam jurnal harus saling
berkaitan dan barhubungan agar jurnal tidak racuh.
Hasil dan Pembahasan
Tulisan ini
menghasilkan pengenalan dan pemahaman tentang metode yang dilakukan. Selain
itu, dapat mengetahui pembagian tata bahasa, mengetahui etika penulisan, tidak
melangar kesusilaan, ejaan tanda baca, dan susunan kalimat. Tulisan dapat
berupa opini, artikel ilmia, dan cerpen dan sebagainya.
Disamping itu hal-hal mendasar berikut
perlu diperhatikan:
1. Tata
bahasa tulisan isi artikel harus memiliki standar dasar sastrawi. Maksudnya,
gaya bahasa sesuai dengan panduan bahasa indonesia yang benar. Baik dalam segi
ejaan, tanda-tanda bacaab, pemakaian huruf besar kecil, maupun dalam susunann
kata-kata.
2. Mengetahui
etika penulisan artikel. Yaitu, tulisan harus orisinal, bukan plagiat atau
jiplakan serta mengandung unsur baru.
3. Topik opini bersifat aktual. Yang dimaksud aktual adalah sebagai respons/komentar dari peristiwa yang baru saja terjadi atau sebagai refleksi dari hari besar nasional dan internasional.
Dalam
menulis ke media massa kita merlu memperhatikan tata bahasa dan etika tulisan,
tandan baca, agar tulisan dapat menarik minat pembaca selain itu maksud dan
pesan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan kepada pembaca. Berikut akan di
jelaskan dasar-dasar tata bahasa indonesia.
Dasar-Dasar Tata Bahasa Indonesia
1.
Menyusun Kalimat
Kalimat yang sempurna dibentuk oleh tiga bagian: pokok kalimat, sebutan, pelengkap/pelengkap penderita. Pokok kalimat harus berupa kata ganti atau kata benda atau yang dibendakan. Sebutan harus berupa kata kerja.
Kalimat yang sempurna dibentuk oleh tiga bagian: pokok kalimat, sebutan, pelengkap/pelengkap penderita. Pokok kalimat harus berupa kata ganti atau kata benda atau yang dibendakan. Sebutan harus berupa kata kerja.
2.
Kalimat aktif
Kalimat aktif adalah kalimat dimana pokok kalimat melakukan kerja yang dinyatakan oleh kata sebutan yang berupa kata kerja dengan awalan me atau ber.
Kalimat aktif adalah kalimat dimana pokok kalimat melakukan kerja yang dinyatakan oleh kata sebutan yang berupa kata kerja dengan awalan me atau ber.
contoh: Ia
merangkai bunga.
3.
Kalimat pasif
Kalimat pasif adalah kalimat dimana pokok kalimat dikenai oleh kata kerja sebutan. Kata kerjanya umumnya diberi awalan di atau ter. Bila berawalan di seringkali sebutan diikuti kata depan oleh yang kadang-kadang dapat dihilangkan. Bila berawalan ter, suatu kalimat bisa merupakan kalimat aktif dengan kata kerja intransitif.
Kalimat pasif adalah kalimat dimana pokok kalimat dikenai oleh kata kerja sebutan. Kata kerjanya umumnya diberi awalan di atau ter. Bila berawalan di seringkali sebutan diikuti kata depan oleh yang kadang-kadang dapat dihilangkan. Bila berawalan ter, suatu kalimat bisa merupakan kalimat aktif dengan kata kerja intransitif.
contoh: Air itu diminum beramai-ramai.
4.
Kalimat Tak Lengkap
suatu kalimat lengkap terdiri dari pokok kalimat (subjek), sebutan (predikat) dan pelengkap (penderita atau keterangan).
Apabila salah satu dari unsur itu tidak ada, kalimat tetap dapat dibuat dan dimengerti. Kalimat seperti itu disebut kalimat tak lengkap.
Kalimat tak lengkap bisa hanya terdiri dari pokok kalimat dan sebutan saja, atau hanya ada sebutan saja, atau hanya ada pokok kalimat saja, atau hanya ada pelengkap saja, bahkan hanya ada satu kata seru saja. Contoh:
- Ia menendang. Si Polan mengejar. Ia tak bekerja
suatu kalimat lengkap terdiri dari pokok kalimat (subjek), sebutan (predikat) dan pelengkap (penderita atau keterangan).
Apabila salah satu dari unsur itu tidak ada, kalimat tetap dapat dibuat dan dimengerti. Kalimat seperti itu disebut kalimat tak lengkap.
Kalimat tak lengkap bisa hanya terdiri dari pokok kalimat dan sebutan saja, atau hanya ada sebutan saja, atau hanya ada pokok kalimat saja, atau hanya ada pelengkap saja, bahkan hanya ada satu kata seru saja. Contoh:
- Ia menendang. Si Polan mengejar. Ia tak bekerja
5.
Kalimat majemuk
Kalimat majemuk atau sering juga disebut kalimat sambung, biasanya terdiri dari dua atau lebih kalimat yang disambung dengan suatu kata sambung: dan, dengan, bila, bahwa, kalau, walaupun, apabila, andai, umpama, sambil, dan sebagainya. Dalam kalimat majemuk, sering pokok kalimat hanya disebut satu kali pada salah satu kalimat atau sebutan hanya disebut satu kali pada salah satu kalimat.
Kalimat majemuk atau sering juga disebut kalimat sambung, biasanya terdiri dari dua atau lebih kalimat yang disambung dengan suatu kata sambung: dan, dengan, bila, bahwa, kalau, walaupun, apabila, andai, umpama, sambil, dan sebagainya. Dalam kalimat majemuk, sering pokok kalimat hanya disebut satu kali pada salah satu kalimat atau sebutan hanya disebut satu kali pada salah satu kalimat.
Contoh: Kalimat
ke satu: Ia memanjat pohon. Kalimat ke dua: Ia terjatuh dari pohon.
Kalimat majemuk menjadi: Ia memanjat pohon dan terjatuh.
Kalimat majemuk menjadi: Ia memanjat pohon dan terjatuh.
6.
Kalimat Tanya
Suatu kalimat disebut kalimat tanya apabila maksud kalimat adalah bertanya tentang sesuatu. Suatu kalimat tanya biasanya didahului kata tanya: apa, siapa, berapa, kenapa, bagaimana, dimana.
contoh: Apa yang terjadi disini? Siapa yang bertugas hari ini?
Suatu kalimat disebut kalimat tanya apabila maksud kalimat adalah bertanya tentang sesuatu. Suatu kalimat tanya biasanya didahului kata tanya: apa, siapa, berapa, kenapa, bagaimana, dimana.
contoh: Apa yang terjadi disini? Siapa yang bertugas hari ini?
7.
Ungkapan “ baik…maupun”
Ungkapan ini dipakai apabila dua atau lebih kata ganti dipakai sebagai pokok kalimat sama-sama memiliki sebutan yang sama dan saling menggantikan:
- Baik saya maupun si Polan sudah berumur lebih dari 50 tahun. (Kalimat positif).
- Baik si Anu maupun si Polan tidak senang berburu. (Kalimat negatif)
Ungkapan ini dipakai apabila dua atau lebih kata ganti dipakai sebagai pokok kalimat sama-sama memiliki sebutan yang sama dan saling menggantikan:
- Baik saya maupun si Polan sudah berumur lebih dari 50 tahun. (Kalimat positif).
- Baik si Anu maupun si Polan tidak senang berburu. (Kalimat negatif)
8.
Ungkapan “sama-sama …” atau
“berdua sama-sama…”
Ungkapan “sama-sama…” atau “keduanya sama-sama…” dipakai apabila dua (hanya dua) kata ganti dipakai sebagai pokok kalimat memiliki sebutan yang sama.
Berbeda dengan ungkapan “baik…maupun”, pokok kalimat disini digabung menjadi kesatuan.(tidak dapat saling menggantikan):
- Saya dan dia sama-sama berjualan buku.
- Si Poland dan si Badu berdua sama-sama tinggal di Petojo.
Ungkapan “sama-sama…” atau “keduanya sama-sama…” dipakai apabila dua (hanya dua) kata ganti dipakai sebagai pokok kalimat memiliki sebutan yang sama.
Berbeda dengan ungkapan “baik…maupun”, pokok kalimat disini digabung menjadi kesatuan.(tidak dapat saling menggantikan):
- Saya dan dia sama-sama berjualan buku.
- Si Poland dan si Badu berdua sama-sama tinggal di Petojo.
9. Kalimat pengandaian
Kalimat pengandaian adalah kalimat majemuk dimana suatu sebutan (predikat) dari salah satu kalimat berlaku apabila syarat dari kalimat lainnya terpenuhi.
Untuk itu selalu dipakai kata sambung pengandaian “supposing conjunction” seperti: kalau, apabila, jika, seandainya, andaikan, bila
- Saya akan berangkat ke sekolah bila ibu sudah pulang. Maksudnya saya tidak berangkat kalau ibu belum pulang.
Kalimat pengandaian adalah kalimat majemuk dimana suatu sebutan (predikat) dari salah satu kalimat berlaku apabila syarat dari kalimat lainnya terpenuhi.
Untuk itu selalu dipakai kata sambung pengandaian “supposing conjunction” seperti: kalau, apabila, jika, seandainya, andaikan, bila
- Saya akan berangkat ke sekolah bila ibu sudah pulang. Maksudnya saya tidak berangkat kalau ibu belum pulang.
Selain itu kita perlu memperhatikan etika
penulisan, tidak melangar kesusilaan, dan ejaan tanda baca. Sehingga tulisan
yang dibuaat lebih bagus dan pesan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan
dengan baik. Perlu memperhatikan etika penulisan maksudnya kita harus
memperhatikan jangan sampe tulisan kita mengandung unsur SARA dan politik
sehingga menyinggung orang lain. Tidak melanggar kesusilaan majsudnya tidak
melanggar hak asasi manusia, tulisan kita tidak boleh bersifat mengejek atau
menghina orang lain. Ejaan tanda baca maksudnya harus memperhatikan tanda-tanda
baca dalam tulisan seperti tanda koma(,), tanda titik (.), tanda seru (!), tanda taanya (?) dan lain sebagainya. Tanda
baca digunakan untuk memberi jeda atau perhentian dalam membaca bahan bacaan.
Dalam media massa kita dapat menulis
opini, cerpen, artikel dan sebagainya dan itu sangat bermanfaat dalam meningkatkan
mutu tulisan. Semakin banyak kita menulis ke media massa maka semakin mahirlah
kita dalam menulis. Betapa pentingnya bagi mahasiswa dapat menulis ke media
massa, teruatama jika tulisannya bermanfaat bagi para pembaca. Tidak mudah
membuat tulisan yang baik dan disukai banyak para pembaca, namun hidup jika
ingin menjadi penulis yang tulisannya disukai para pembaca maka tetap berusaha.
Dalam sebuah media cetak, baik koran,
majalah atau buletin terdpat satu halaman khusus yang biasa disebut opini. Di
koran, halamn tersebut di isi oleh tiga unsur yaitu redaksi, para ahli
bidangnya dan pembaca.
Opini
yang ditulis oleh tim redaksi disebut Tajuk Rencana atau Editorial. Yang
ditulis oleh ahli disebut op-ed singkatan dari Opini Editorial atau kolom untuk
artikel opini di majalah. Sedang yang ketiga ditulis oleh pembaca koran atau
majalah terkait. Segmen ini biasa disebut dengan Surat Pembaca, atau Pembaca
Menulis, dan sebagainya.
Terdapat
syarat artikel opini yang berpotensi dimuat media cetak koran majalah yaitu:
Penulisan artikel bisa berdasarkan gagasan murni dari si penulis, bisa juga sebagian isinya mengambil dari sumber lain. Misalnya referensi kepustakaan, gagasan orang lain, renungan tokoh masyarakat dan sebagainya. Penulisan artikel tidak terikat dengan waktu, tidak terikat bentuk berita, gaya bahasa, dan teknik penulisan jurnalistik lainnya. Ttetapi agar artikel dibaca oleh publik, penulisnya harus memperhitungkan aktualitas gaya penulisan serta panjang pendek artikel.
Penulisan artikel bisa berdasarkan gagasan murni dari si penulis, bisa juga sebagian isinya mengambil dari sumber lain. Misalnya referensi kepustakaan, gagasan orang lain, renungan tokoh masyarakat dan sebagainya. Penulisan artikel tidak terikat dengan waktu, tidak terikat bentuk berita, gaya bahasa, dan teknik penulisan jurnalistik lainnya. Ttetapi agar artikel dibaca oleh publik, penulisnya harus memperhitungkan aktualitas gaya penulisan serta panjang pendek artikel.
Kesinpulan
Dalam
menulis kemedia massa kita memperhatikan tata bahasa, etika tulisan, tulisan
tidak mengandung kesusilaan dan ejaan harus diperhatikan. Dasar-dasar tata
bahasa terdapat 9 yaitu, menyusun kalimat, kalaimt aktif, kalimat pasif,
kalimat tidak lengkap, kalimat majemuk, kalimat tanya, ungkapan “ baik…maupun”, ungkapan “sama-sama …” atau “berdua sama-sama…”,
kalimat pengandaian. Selain itu kita perlu memperhatikan etika
penulisan, tidak melangar kesusilaan, dan ejaan tanda baca. Sehingga tulisan
yang dibuat lebih bagus dan pesan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan
dengan baik.
Topik opini bersifat aktual. Yang
dimaksud aktual adalah sebagai respons/komentar dari peristiwa yang baru saja
terjadi atau sebagai refleksi dari hari besar nasional dan internasional.
Tujuan
memperhatikan tata bahasa dalam media massa yaitu agar kita dapat menghasilkan
tulisan yang bagus dan menarik sehingga
dapat dipahami oleh para pembaca maksud dan tujuan tulisan tersebut.
Dalam sebuah media cetak, baik koran,
majalah atau buletin terdpat satu halaman khusus yang biasa disebut opini. Di
koran, halamn tersebut di isi oleh tiga unsur yaitu redaksi, para ahli
bidangnya dan pembaca.
Tujuan dalam menulis di media cetak agar
pikiran atau pesan kita dapat tersamapaikan kepada publik.