1.
Identitas
Buku
1.
Judul
: Keberangkatan
2.
Pengarang : Nh. Dini
3.
Penerbit : PT Gramedia
Pustaka Utama
4.
Tahun terbit : 2002
5.
Tebal buku :191
halaman
2.
Sinopsis
Elisa seorang gadis indo yang memiliki
nama asli Elisabeth Frisaart. Memiliki keluarga yang tidak begitu harmonis
dengan segudang misteri dibaliknya. Ia memilki saudara lelaki yang bernama Tio
dan saudara perempuan yang bernama Silvi. Ibunya tidak menyayangi anak-anaknya
dan sangat gila harta. Barang Elisa pun sering ingin dimilikinya sehingga
hubungan keduanya pun tidak dekat. Elisa sudah bekerja sebagai pramugari di
GIA.
Meski berdarah campuran yang tinggal di Indonesia,
Elisa sangat menyukai dan mencintai Indonesia. Ketika keluarganya memutuskan
untuk kembali ke Belanda, karena kesulitan ekonomi dan sentimentalisme
lingkungannya, Elisa tetap memutuskan untuk hidup sendiri di Indonesia.
Suatu
ketika, ia berkenalan dan kemudian jatuh cinta kepada seorang pemuda lokal
bernama Sukoharjito, seorang pegawai protokol di istana dan juga saudara sepupu
Lansih, sahabat karibnya. Setelah setahun merajut kasih, tak ada tanda-tanda
dari Sukoharjito untuk menikahinya, walau Sukoharjito sudah mengenalkannya pada
keluarga besarnya di Solo. Namun Elisa masih diliputi tanda tanya yang besar,
tiba-tiba Elisa mendapat kabar mengejutkan bahwa Suko akan menikah dengan keponakan
ajudan presiden. Betapa terkejut dan terpukulnya Elisa. Selama ini ia
memberikan segenap hatinya untuk pria tersebut tapi lantas pria tersebut malah
meninggalkannya dan itu membuat hatinya sangat hancur.
Belakangan diketahui bahwa ternyata
pernikahan itu dikarenakan si wanita yang sudah hamil duluan. Betap terkejutnya
Elisa dan sahabat-sahabatnya mendengar hal itu. Lansih mengatakan betapa
beruntungnya Elisa tidak sampai kebablasan seperti wanitai itu, sejauh-jauhnya
Elisa hanya dicium. Elisa sendiri memang tidak mengikuti gaya pergaulan gadis
Indo yangpergailannya lebih bebas. Elisa memegang teguh adat Indonesia yang
hanya akan menyerahkan kegadisan
setelah menikah.
Selain masalah percintaan, Elisa juga dihantui
masalah siapa ayah kandungnya, sebab berdasarkan cerita yang ia dapat, ibunya
adalah seorang petualang cinta, meski sudah menikah. Rangkaian cerita
menuntunnya menemukan Talib, pelukis yang dulu diangkat oleh ayahnya, Fred
Frisaart, dan ternyata jatuh cinta pada ibunya. Talib muda sangat menyayangi
Elisa dan turut mengasuhnya selama di Surabaya sebelum keluarga Frisaart pindah
ke Jakarta. Itulah mengapa Elisa sempat mengira Talib adalah ayahnya.
Setelah
terpuruk karena patah hati, Elisa sempat kehilangan gairah hidupnya. Hingga
suatu hari ia berkenalan dengan Gail, seorang wartawan asing yang bertugas di
Jakarta. Gail sendiri ternyata menaruh hati pada Elisa. Namun, dikala hendak
menjalin kasih, Elisa malah memutuskan untuk kembali ke Belanda, mengikuti
keluarganya. Gail sangat sedih tapi tidak berarti dia menjadi patah arang.
Sebelum Elisa berangkat, ia menitipkan sebuah karangan bunga berisi uang 100
dolar-nya yang terisisa agar Elisa segera mengirim kabar padanya begitu tiba di
Belanda.
3.
Unsur
intrinsik novel
Tema novel keberangkatan ini adalah Pencaharian
jati diri. Tema ini rumuskan selain dilihat dari peristiwa-peristiwa yang telah
diidentifikasi dan masalah yang paling banyak dibicarakan dalam cerita, juga
karena hal tersebut yang mendasari memuncaknya konflik dalam novel ini.
Alur
yang terdapat dalam novel ini adalah alur maju dan alur mundur. Berikut ini adalah kutipan dari :
·
Alur Maju
“Dalam pencaharian
tentang asal-usulku yang sebenarnya, aku menemukan mata rantai yang pertama.
Aku bertemu dengan seorang pastur berkulit putih yang bernama Rama Beick. Dia
adalah salah satu tetanggaku sewaktu aku kecil, ketika masih tinggal di rumah
kami di Surabaya.”
“sebulan kemudian, aku
bertemu dengan kakak perempuanku yang juga kabur dari rumah karena tidak tahan
lagi dengan perlakuan ibuku yang terlalu arogan. Aku menemukan kakakku berkat
bantuan Rudi.”
·
Alur Mundur
“Dari masa kecilku, aku
selalu bersama pembantu. Dapat dikatakan pembantulah yang membesarkan aku,
waktu itu aku belum menyadari, tetapi kata orang, serasa mudahnya ibu menjadi
intaian banyak laki-laki. Dan Talib, sejak aku lahir hampir dia yang menjadi
pengasuhku. Aku dibawa kemana-mana, aku selalu bersamanya. Bila malam-malam
saat aku sakit, bukan ibu yang menamaniku. Ibu entah dimana, tidur dikamar
sendirian atau bersama laki-laki, atau bahkan berdansa digedung pertemuan kota.
Itulah gambaran masa kecilku yang suram, yang tak pernah merasakan perawatan
dari ibu kandungku sendiri.”
Alur cerita novel
keberangkatan ini terdiri dari 5 tahapan, yaitu terdiri dari tahapan eksposisi
atau perkenalan, tahap peristiwa mulai bergerak atau complication, tahap konflik,
puncak cerita atau klimaks, tahap penyelesaian konflik, dan tahap keputusan
konflik. Rinciannya sebagai berikut.
1. Tahap
perkenalan (eksposisi)
Elisa frissat adalah
gadis peranakan indo yang berkerja sebagai pramugari di GIA yang sangat
mencintai tanah indonesia ini.memiliki latar belakang keluarga yang amburadul
dan seorang ibu yang berkelakuan keras. Elisa memiliki dua orang adik dan ayah
yang terlalu pengecut yang selalu mengalah dari istrinya.
2. Tahap
peristiwa mulai bergerak (complication)
Elisa meninggalkan
rumah karena tidak sanggup lagi menerima perlakuan ibunya yang sangat
keterlaluan. Elisa mengawali kemandiriannya dengan pindah ke perumahan rajawali
yang merupakan sebuah perumahan yang diperuntukan untuk karyawan GIA bersama
keempat teman serumahnya. Elisa berkenalan dengan Sukoharjito yang merupakan
saudara sepupunya Lansih dan berhubungan dekat dengan Sukoharjito hingga jatuh
cinta.
3. Tahap
puncak konflik (klimaks)
Elisa
mengetahui bahwa ayah yang selama ini dikenalnya bukan ayah kandungnya. Elisa
kecewa tehadap ibunya yang semasa muda selalu mempermainkan dan menhianati
laki-laki. Elisa juga mendapat penhianatan dari sukoharjito, pria yang
diharapkan akan menjadi suaminya.
4. Tahap
penyelesaian
Elisa
mencoba mencari tau asal usulnya dengan mencari dan menemukan orang orang yang
pernah berhubungan dengan masa kecilnya. Elisa mencoba untuk melupakan
Sukoharjito yang telah tega meninggalkanya dan menikah dengan gadis lain yang
telah hamil duluan.
5. Tahap
keputusan konflik (ending)
Elisa
senang dan merasa gembira setalah mengetahui siapa ayah kandungnya. Namun meski
mengetahui semua masa lalu kehidupannya dulu, Elisa memutuskan untuk pindah ke
belanda untuk kembali kepada ibu, adik-adiknya serta ayah tirinya, Elisa
meninggalkan semua pekerjaannya sebagai pramugari, sahabatya, Talib yang
kemungkinan besar ayah kandungnya, rasa sakit hatinya terhadap Sukoharjito dan
bumi Indonesia yang sangat dicintainya.
1. Elisa:
pengiba, pendiam, sabar. Terlihat dari kutipan berikut.
“sekali
lagi hatiku dilimpahin perasaan iba yang tidak dapat kutaksirkan.”
“aku
menjadi pendiam dan dingin karena tidak banyak diberi kesempatan buat mengatakan
isi hati”
“aku harus bersabar lagi untuk menerima datangnya
pinangan.”
2.
Lansi: sabar dan teliti. Terlihat dari
kutipan berikut.
“dengan
teliti dan sabar, setiap kali ada sesuatu yang harus diterangkannya tanpa
keangkuhan dia memberitahuku.”
3.
Ibu: matrealistis. Terlihat dari kutipan
berikut.
“... apabila ibuku,
dimatanya hanyak uang dan kebendaanlah yang tak terhitung didunia ini.”
4.
Wati: lemah lembut dan keibuan. Terlihat dari kutipan berikut.
“namanya wati sifatnya
lemah lembut keibuan.”
5.
Ayah
Elisa: penyanyang, pengecut dan baik hati. Terlihat dari kutipan berikut.
“ada kalanya perhatian ayah nampak penuh kesayangan kepadaku,
….”
“dengan tenangnya ayah melihat ibuku memukulin aku.
Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Tak selangkah pun dia berajak dari
tempat duduknya buat menolongku.”
“namun ayahku yang baik tidak tega meninggalkan aku
seorang diri di negeri ini ….”
6.
Suku
harjito: pengecut, tidak tegas terlihat
dari kutipan berikut.
“melihat sikapnya yang demikan, bagi dia pengecut. Tidak berani terus
terang kepadamu”
“sekali lagi hal itu menujukkan kelemahannya. Dia memang bukan laki-laki
yang tegas.” Kata Ana
7.
Rama
beick: ramah dan tidak sombong, sabar. Terlihat dari kutipan berikut.
“…. Dalam suara yang meggelegar tetapi ramah dan tanpa
kesombongan.”
“tak sekali pun menyela. Jari-jari kedua tangannya
bertemu merupakan tangkupan yang menujukan kesabaran.”
8.
Tuan
Sayekti: baik, pekerja keras, gigih, ramah dan saleh terlihat dari kutipan
berikut.
“…. Bagaimana tuan Sayekti memperoleh hartanya dengan jalan keras dan
kegigihan yang jarang terdapat pada suku bangsa jawa.”
“orangnya ramah terbuka. Nanpak beribadah dan shaleh.”
9.
Talib:
pemarah, pendiam, pasrah. Terlihat dari kutipan berikut.
“tapi talib menjadi pansif. Seperti tidak ada kemauan lagi buat hidup.
Kemudian menjadi pemarah,….”
“sifatnya pendiam,….”
“…. Dapat merubah sikapnya yang pasif dan pasrah kepada nasib itu.’’
10.
Silvi:
baik dan pengertian. Terlihat dari kutipan berikut.
“Silvi adalah satu-satunya anggotan keluarga dan kerabat yang memanggil
Elisa tanpa akhiran ye di belakang namanya. Silvi mengetahui bahwa elisa lebih
suka panggilan nama biasa, seperti orang-orang Indonesia tulen. Hanya Silvi
yang mengindahkan elisa.”
1.
Personifikasi:
kulitnya putih kecoklatan, karena terlalu lama dimakan matahari kahtulistiwa.
2.
Metafora:
tubuhnya yang mungil terselip diantara gerombalan itu, seolah-olah sebuah
perahu kecil yang terobang-ambing oleh dasarnya arus
3.
Hiperbola:
kegagalan tubuh dan wajahnya seakan tercetak tepat itu menjalankan kerja
jabatanya.
4.
Perupamaan:
dia seperti batang pohon yang bagus, tapi rimbun daunya untuk dapat dipergunakan
sebagai penolah panas matahari.
Apapun asal
usul kita, meskipun pahit dan menyedihkan kita harus tetap menerimanya.
Meskipun kita memiliki ibu yang kurang memperhatikan kita, kita juga harus
menerima keadaan tersebut dengan berpikir positif.
Dalam
menghadapin masalah kita tak boleh cepat berputus-asa, karena selalu ada jalan
keluar untuk setiap masalah yang dihadapin dan kita juga harus percaya bahwa
akan selalu ada hikmah dari sesuatu setiap masalah yang kita hadapin.
·
Latar
tempat:
Dibandara pabaen dan imigrasi, dibandaran bagian penerangan, dibandaran
diruang pasang, bandaran diruang tunggu di pelabuhan udara.
·
Latar
waktu:
Siang hari sore hari dan malam hari
·
Lataar
suasana:
Bahagia, sedih, suka, marah
Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah
pengarang sebagai orang ketiga, diman pengarang menepakan diri luar cerita.
Dalam posisi ini pengarang meyerotin semua yang dilakukan oleh semua tokoh
dalam cerita.
4.
Unsur Ekstrinsik
1. Nilai agama
Cerita novel keberangkatan ini mengandung nilai agama.
Ini dapat kita lihat dari kutipan berikut.
“orangnya ramah terbuka. Nanpak beribadah dan shaleh.”
2.
Nilai
moral
Mengandung nilai moral terlihat dari kutipan berikut.
“…. Dalam suara yang meggelegar tetapi ramah dan tanpa
kesombongan.”