Senin, 30 April 2012

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel Keberangkatan

1.               Identitas Buku

1.              Judul                  : Keberangkatan
2.             Pengarang           : Nh. Dini
3.             Penerbit              : PT Gramedia Pustaka Utama
4.             Tahun terbit        : 2002
5.             Tebal buku          :191 halaman


2.            Sinopsis

Elisa seorang gadis indo yang memiliki nama asli Elisabeth Frisaart. Memiliki keluarga yang tidak begitu harmonis dengan segudang misteri dibaliknya. Ia memilki saudara lelaki yang bernama Tio dan saudara perempuan yang bernama Silvi. Ibunya tidak menyayangi anak-anaknya dan sangat gila harta. Barang Elisa pun sering ingin dimilikinya sehingga hubungan keduanya pun tidak dekat. Elisa sudah bekerja sebagai pramugari di GIA. 

Meski berdarah campuran yang tinggal di Indonesia, Elisa sangat menyukai dan mencintai Indonesia. Ketika keluarganya memutuskan untuk kembali ke Belanda, karena kesulitan ekonomi dan sentimentalisme lingkungannya, Elisa tetap memutuskan untuk hidup sendiri di
Indonesia. 

 Suatu ketika, ia berkenalan dan kemudian jatuh cinta kepada seorang pemuda lokal bernama Sukoharjito, seorang pegawai protokol di istana dan juga saudara sepupu Lansih, sahabat karibnya. Setelah setahun merajut kasih, tak ada tanda-tanda dari Sukoharjito untuk menikahinya, walau Sukoharjito sudah mengenalkannya pada keluarga besarnya di Solo. Namun Elisa masih diliputi tanda tanya yang besar, tiba-tiba Elisa mendapat kabar mengejutkan bahwa Suko akan menikah dengan keponakan ajudan presiden. Betapa terkejut dan terpukulnya Elisa. Selama ini ia memberikan segenap hatinya untuk pria tersebut tapi lantas pria tersebut malah meninggalkannya dan itu membuat hatinya sangat hancur.
Belakangan diketahui bahwa ternyata pernikahan itu dikarenakan si wanita yang sudah hamil duluan. Betap terkejutnya Elisa dan sahabat-sahabatnya mendengar hal itu. Lansih mengatakan betapa beruntungnya Elisa tidak sampai kebablasan seperti wanitai itu, sejauh-jauhnya Elisa hanya dicium. Elisa sendiri memang tidak mengikuti gaya pergaulan gadis Indo yangpergailannya lebih bebas. Elisa memegang teguh adat Indonesia yang hanya akan menyerahkan kegadisan setelah menikah. 

Selain masalah percintaan, Elisa juga dihantui masalah siapa ayah kandungnya, sebab berdasarkan cerita yang ia dapat, ibunya adalah seorang petualang cinta, meski sudah menikah. Rangkaian cerita menuntunnya menemukan Talib, pelukis yang dulu diangkat oleh ayahnya, Fred Frisaart, dan ternyata jatuh cinta pada ibunya. Talib muda sangat menyayangi Elisa dan turut mengasuhnya selama di Surabaya sebelum keluarga Frisaart pindah ke Jakarta. Itulah mengapa Elisa sempat mengira Talib adalah ayahnya.

 Setelah terpuruk karena patah hati, Elisa sempat kehilangan gairah hidupnya. Hingga suatu hari ia berkenalan dengan Gail, seorang wartawan asing yang bertugas di Jakarta. Gail sendiri ternyata menaruh hati pada Elisa. Namun, dikala hendak menjalin kasih, Elisa malah memutuskan untuk kembali ke Belanda, mengikuti keluarganya. Gail sangat sedih tapi tidak berarti dia menjadi patah arang. Sebelum Elisa berangkat, ia menitipkan sebuah karangan bunga berisi uang 100 dolar-nya yang terisisa agar Elisa segera mengirim kabar padanya begitu tiba di Belanda.

3.      Unsur intrinsik novel

  •            Tema
Tema novel keberangkatan ini adalah Pencaharian jati diri. Tema ini rumuskan selain dilihat dari peristiwa-peristiwa yang telah diidentifikasi dan masalah yang paling banyak dibicarakan dalam cerita, juga karena hal tersebut yang mendasari memuncaknya konflik dalam novel ini.

  •        Alur
 Alur yang terdapat dalam novel ini adalah alur maju dan alur mundur. Berikut ini adalah kutipan dari :

·         Alur Maju
“Dalam pencaharian tentang asal-usulku yang sebenarnya, aku menemukan mata rantai yang pertama. Aku bertemu dengan seorang pastur berkulit putih yang bernama Rama Beick. Dia adalah salah satu tetanggaku sewaktu aku kecil, ketika masih tinggal di rumah kami di Surabaya.”

“sebulan kemudian, aku bertemu dengan kakak perempuanku yang juga kabur dari rumah karena tidak tahan lagi dengan perlakuan ibuku yang terlalu arogan. Aku menemukan kakakku berkat bantuan Rudi.”

·         Alur Mundur
“Dari masa kecilku, aku selalu bersama pembantu. Dapat dikatakan pembantulah yang membesarkan aku, waktu itu aku belum menyadari, tetapi kata orang, serasa mudahnya ibu menjadi intaian banyak laki-laki. Dan Talib, sejak aku lahir hampir dia yang menjadi pengasuhku. Aku dibawa kemana-mana, aku selalu bersamanya. Bila malam-malam saat aku sakit, bukan ibu yang menamaniku. Ibu entah dimana, tidur dikamar sendirian atau bersama laki-laki, atau bahkan berdansa digedung pertemuan kota. Itulah gambaran masa kecilku yang suram, yang tak pernah merasakan perawatan dari ibu kandungku sendiri.”

Alur cerita novel keberangkatan ini terdiri dari 5 tahapan, yaitu terdiri dari tahapan eksposisi atau perkenalan, tahap peristiwa mulai bergerak atau complication, tahap konflik, puncak cerita atau klimaks, tahap penyelesaian konflik, dan tahap keputusan konflik. Rinciannya sebagai berikut.

1.      Tahap perkenalan (eksposisi)
      Elisa frissat adalah gadis peranakan indo yang berkerja sebagai pramugari di GIA yang sangat mencintai tanah indonesia ini.memiliki latar belakang keluarga yang amburadul dan seorang ibu yang berkelakuan keras. Elisa memiliki dua orang adik dan ayah yang terlalu pengecut yang selalu mengalah dari istrinya.

2.      Tahap peristiwa mulai bergerak (complication)
      Elisa meninggalkan rumah karena tidak sanggup lagi menerima perlakuan ibunya yang sangat keterlaluan. Elisa mengawali kemandiriannya dengan pindah ke perumahan rajawali yang merupakan sebuah perumahan yang diperuntukan untuk karyawan GIA bersama keempat teman serumahnya. Elisa berkenalan dengan Sukoharjito yang merupakan saudara sepupunya Lansih dan berhubungan dekat dengan Sukoharjito hingga jatuh cinta.

3.      Tahap puncak konflik (klimaks)
      Elisa mengetahui bahwa ayah yang selama ini dikenalnya bukan ayah kandungnya. Elisa kecewa tehadap ibunya yang semasa muda selalu mempermainkan dan menhianati laki-laki. Elisa juga mendapat penhianatan dari sukoharjito, pria yang diharapkan akan menjadi suaminya.

4.      Tahap penyelesaian
      Elisa mencoba mencari tau asal usulnya dengan mencari dan menemukan orang orang yang pernah berhubungan dengan masa kecilnya. Elisa mencoba untuk melupakan Sukoharjito yang telah tega meninggalkanya dan menikah dengan gadis lain yang telah hamil duluan.

5.      Tahap keputusan konflik (ending)
      Elisa senang dan merasa gembira setalah mengetahui siapa ayah kandungnya. Namun meski mengetahui semua masa lalu kehidupannya dulu, Elisa memutuskan untuk pindah ke belanda untuk kembali kepada ibu, adik-adiknya serta ayah tirinya, Elisa meninggalkan semua pekerjaannya sebagai pramugari, sahabatya, Talib yang kemungkinan besar ayah kandungnya, rasa sakit hatinya terhadap Sukoharjito dan bumi Indonesia yang sangat dicintainya.

  •            Penokohan

1.      Elisa: pengiba, pendiam, sabar. Terlihat dari kutipan berikut.
“sekali lagi hatiku dilimpahin perasaan iba yang tidak dapat kutaksirkan.”

“aku menjadi pendiam dan dingin karena tidak banyak diberi kesempatan buat  mengatakan isi hati”

“aku harus bersabar lagi untuk menerima datangnya pinangan.”

2.         Lansi: sabar dan teliti. Terlihat dari kutipan berikut.
“dengan teliti dan sabar, setiap kali ada sesuatu yang harus diterangkannya tanpa keangkuhan dia memberitahuku.”

3.         Ibu: matrealistis. Terlihat dari kutipan berikut.
“... apabila ibuku, dimatanya hanyak uang dan kebendaanlah yang tak terhitung didunia ini.”

4.         Wati: lemah lembut dan keibuan. Terlihat dari kutipan berikut.
“namanya wati sifatnya lemah lembut keibuan.”

5.         Ayah Elisa: penyanyang, pengecut dan baik hati. Terlihat dari kutipan berikut.
“ada kalanya perhatian ayah nampak penuh kesayangan kepadaku, ….”

“dengan tenangnya ayah melihat ibuku memukulin aku. Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Tak selangkah pun dia berajak dari tempat duduknya buat menolongku.”

“namun ayahku yang baik tidak tega meninggalkan aku seorang diri di negeri ini ….”

6.         Suku harjito: pengecut, tidak tegas  terlihat dari kutipan berikut.
“melihat sikapnya yang demikan, bagi dia pengecut. Tidak berani terus terang kepadamu”

“sekali lagi hal itu menujukkan kelemahannya. Dia memang bukan laki-laki yang tegas.”  Kata Ana

7.         Rama beick: ramah dan tidak sombong, sabar. Terlihat dari kutipan berikut.
“…. Dalam suara yang meggelegar tetapi ramah dan tanpa kesombongan.”

“tak sekali pun menyela. Jari-jari kedua tangannya bertemu merupakan tangkupan yang menujukan kesabaran.”

8.            Tuan Sayekti: baik, pekerja keras, gigih, ramah dan saleh terlihat dari kutipan berikut.
“…. Bagaimana tuan Sayekti memperoleh hartanya dengan jalan keras dan kegigihan yang jarang terdapat pada suku bangsa jawa.”

“orangnya ramah terbuka. Nanpak beribadah dan shaleh.”

9.            Talib: pemarah, pendiam, pasrah. Terlihat dari kutipan berikut.
“tapi talib menjadi pansif. Seperti tidak ada kemauan lagi buat hidup. Kemudian menjadi pemarah,….”

“sifatnya pendiam,….”

“…. Dapat merubah sikapnya yang pasif dan pasrah kepada nasib itu.’’

10.        Silvi: baik dan pengertian. Terlihat dari kutipan berikut.  
“Silvi adalah satu-satunya anggotan keluarga dan kerabat yang memanggil Elisa tanpa akhiran ye di belakang namanya. Silvi mengetahui bahwa elisa lebih suka panggilan nama biasa, seperti orang-orang Indonesia tulen. Hanya Silvi yang mengindahkan elisa.”

  •      Gaya bahasa:

1.      Personifikasi: kulitnya putih kecoklatan, karena terlalu lama dimakan matahari kahtulistiwa.

2.      Metafora: tubuhnya yang mungil terselip diantara gerombalan itu, seolah-olah sebuah perahu kecil yang terobang-ambing oleh dasarnya arus


3.      Hiperbola: kegagalan tubuh dan wajahnya seakan tercetak tepat itu menjalankan kerja jabatanya.

4.      Perupamaan: dia seperti batang pohon yang bagus, tapi rimbun daunya untuk dapat dipergunakan sebagai penolah panas matahari.


  •      Amanat
Apapun asal usul kita, meskipun pahit dan menyedihkan kita harus tetap menerimanya. Meskipun kita memiliki ibu yang kurang memperhatikan kita, kita juga harus menerima keadaan tersebut dengan berpikir positif.
Dalam menghadapin masalah kita tak boleh cepat berputus-asa, karena selalu ada jalan keluar untuk setiap masalah yang dihadapin dan kita juga harus percaya bahwa akan selalu ada hikmah dari sesuatu setiap masalah yang kita hadapin.
  •      Latar

·         Latar tempat:
Dibandara pabaen dan imigrasi, dibandaran bagian penerangan, dibandaran diruang pasang, bandaran diruang tunggu di pelabuhan udara.

·         Latar waktu:
Siang hari sore hari dan malam hari

·         Lataar suasana:
Bahagia, sedih, suka, marah

  •      Sudut pandang

Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah pengarang sebagai orang ketiga, diman pengarang menepakan diri luar cerita. Dalam posisi ini pengarang meyerotin semua yang dilakukan oleh semua tokoh dalam cerita.


4.        Unsur Ekstrinsik

1.      Nilai agama
Cerita novel keberangkatan ini mengandung nilai agama. Ini dapat kita lihat dari kutipan berikut.
“orangnya ramah terbuka. Nanpak beribadah dan shaleh.”

2.      Nilai moral
Mengandung nilai moral terlihat dari kutipan berikut.
“…. Dalam suara yang meggelegar tetapi ramah dan tanpa kesombongan.”

1 komentar: